Tips Mencetak Anak Jadi Penulis

oleh : Isa Alamsyah

Seringkali kami, terutama istri saya Asma Nadia, mendengar pertanyaan bagaimana caranya membuat anak bisa menulis. Kebetulan anak kami Putri Salsa buku pertamanya diterbitkan ketika usia 8 tahun dan kini di kelas 2 SMP sudah 5 buku diterbitkan. Bukunya Cool Skool dan Best Friend Forever, tahun ini best seller setiap bulan di toko buku. Lucu dan menghibur! Begitu juga Adam, di usia 5 tahun sudah mulai menulis cerpen di antalogi “Tangan Mungil Melukis Langit”, di usia 7 tahun mengalahkan bundanya Asma Nadia dalam lomba menulis surat cinta di Gramedia Depok, dan Adam yang kini baru kelas 4 SD sudah menyelesaikan buku pertamanya dan insya Allah terbit bulan depan.

Apakah mereka bisa menulis karena bakat?

Kalau jawabannya “YA” maka sebaiknya Anda tidak baca tulisan ini dan sebaiknya saya juga berhenti menulis artikel ini.

Untung saja jawabannya bukan bakat. Anak-anak kami bisa menulis bukan karena mereka berbakat. Ayah dan bundanya Asma Nadia tidak bisa menulis, tapi kenapa Asma bisa menulis? Artinya bukan bakat yang membuat Asma Nadia bisa menulis, dan bukan bakat juga yang bisa membuat Putri Salsa dan Adam Putra Firdaus bisa menulis. Saya juga melihat banyak penulis cilik lain yang ayah bundanya bukan penulis. Lalu apa kuncinya? Latihan, lingkungan dan pendidikan.

Apa yang bisa Anda lakukan?

Tips 1 — Perkaya dulu kosa kata anak sejak bayi.

Selalu ngobrol dengan anak, sekalipun masih bayi. Jangan diam saja. Perkaya kosa kata mereka, selalu bicara dengan mereka, terangkan apa yang kita lakukan di depan mereka, terangkan kenapa kita begini kenapa kita begitu, ngomong aja terus kalau dekat mereka. Jangan pilih kata-kata mudah, pilih kata-kata yang beragam, jangan khawatir, mereka akan mengerti. Setiap kata baru akan merangsang pertumbuhan otak dan memperkaya kosa katanya. Kalau lagi memandikan anak, sekalipun masih bayi bicaralah topik yang berbeda, hari ini bicara tentang sabun, besok bicara tentang air, lusa bicara tentang keramik, dsb. Mereka bisa mendengar dan mengolah informasi yang Anda ucapkan, walaupun belum merespon.

Tip 2 — Berdayakan dahulu budaya lisan.

Setelah anak-anak mendengar kita mengoceh terus sejak bayi, dijamin mereka punya kemampuan berbicara lebih cepat dan lebih aktif daripada anak yang tidak dirangsang.

Setelah mereka mulai bisa berbicara maka kita harus rangsang mereka untuk sering bercerita. Ketika kita pulang kantor tanya pada mereka “Hari ini ananda ngapain aja? Ada yang seru nggak, coba ceritakan?” Ketika mereka pulang sekolah tanya “Di sekolah belajar apa saja, bagaimana rasanya?” dan lain lain

Jangan biasakan yes or no question. “Tadi pelajaran di sekolah enak nggak” jawabannya “Ya” selesai. Pertanyaan yes or no tidak membuat anak belajar bicara. Pilihlah kata bagaimana, kenapa, coba ceritakan, dsb.

Tip 3 — Budayakan kebiasaan membaca.

Setelah banyak menguasai kosa kata dan suka bercerita, buat anak anak suka membaca.

Cara pertama dengan sering membacakan cerita. Cara kedua, buat ceritanya tidak selesai, buat anak penasaran jangan dihabiskan. Lalu pura-pura sibuk atau apapun yang bisa membuat anak tidak sabar menyelesaikan ceritanya sendiri. Jadi mereka akan membaca, lalu suka membaca. Kalau anak tetap tidak suka baca, cari apa yang disukai, dan cari buku yang berhubungan dengan apa yang disukai. Ketika mendidik Salsa kami tidak terlalu kesulitan membuatnya suka membaca. Caca (panggilan Salsaa kecil) bisa melahap Harry Potter yang teubuaaaal banget hanya dalam 1 -2 hari. Saya saja nggak sanggup. Tapi Adam tidak tertarik membaca. Setiap kali kita ajak baca, dia hanya tertarik gambar mobil yang ada di buku, bahkan gambar mobil yang kecil sekalipun. Suatu hari bundanya ketemu buku berbentuk mobil dan ada rodanya. Asma langsung membeli dan memberikannya pada Adam. Adam suka sekali, sesekali buku dibukanya, dan dia penasaran dengan tulisannya. Seingat saya, sejak itu ia jadi suka baca.

Tip 4 — Lakukan permainan yang merangsang imaginasi bahasa

Kami biasanya melakukan permainan cerita bersambung. Permainan lainnya adalah bercerita tanpa vokal A atau tanpa konsunan B, dsb. Ada juga permainan scattergories, atau ABC lima dasar, dengan katagori binatang, kota dsb. Kita juga bisa main adu cepat lawan kata dsb. Permainan menulis pesan di punggung, atau pesan berantai dipunggung. Permainan pesan berantai juga bisa. Kalau Anda bisa membawakannya menarik pasti anak akan ketagihan main ini. Mereka tidak sadar bahwa mereka sedang belajar.

Tip 5 — Ajak anak menganalisa film.

Kalau nonton film dengan anak, selain bicara moral film kita juga bisa bicara penceritaan film. Misalnya, “Adam tahu nggak kenapa ada temannya yang jahat di cerita itu?” Itu karena film menarik kalau ada yang antagonis. Menciptakan konflik. “Apa menurut kalian kekurangan film ini?” “Menurut kamu film ini sama itu bagusnan mana? Kenapa?”

Kita bisa bicara tentang alur, klimaks, dsb tentang film. Jangan khawatir, satu dua film Anda diskusi dengan anak, ke tiga keempat mereka bisa PD kasih komentar.

Tip 6 — Biasakan anak-anak dekat lingkungan yang merangsang membaca dan menulis.

Ajak anak-anak ikut launching buku anak. Belikan buku anak yang ditulis oleh anak, sehingga mereka sadar kalau mereka juga bisa, karena anak lain bisa. Membeli buku yang ditulis oleh anak lain juga membangkitkan semangat anak Indonesia untuk berkarya.

Salsa punya semangat menulis karena merasa terusik sepupunya Faiz yang bisa menulis, Adam merasa harus bisa menulis karena kakak dan sepupunya bisa menulis. Asma Nadia sendiri suka menulis karena dorongan kakaknya Helvy Tiana Rosa. Saya sendiri PD menulis karena dikoreksi Asma. Jadi lingkungan ini membuat kita bisa percaya diri menulis.

Ini sedikit tips yang saya berikan, semoga bermanfaat.

sumber : http://www.facebook.com/topic.php?uid=253151348087&topic=17937

3 Comments Add yours

  1. az zahra says:

    yup.. like it..!

    Like

  2. adagillinue says:

    bagus… sangat suka dengan artikel ini…
    semoga bisa memberikan pencerahan…

    Like

  3. Tafestistveli says:

    siip.. keren!

    Like

Leave a comment