Musibah dan Cobaan, Sarana Menunjukkan Kualitas Ukhuwah Kita

Sepekan ini, HP saya banyak masuk SMS yang memberitahukan keadaan teman yang butuh bantuan. Mulai dari dik Ony Arif Hamzah, TSC level 20 yang terkena varises pembuluh otak, juga salah seorang adik di kepengurusan KSAI yang ibunya mendapatkan cobaan penyakit jantung dan harus operasi dengan biaya besar, Handa, partner gesit di KSAI yang rumahnya terkena angin lesus dan menerbangkan 40-an genteng rumahnya, Mba Nanik KSAI 1998 yang ayahandanya tercinta dipanggil kehadirat Allah (semoga khusnul khotimah), Seorang rekan di tim media koran yang kami geluti (sekarang jarang muncul) juga mendapatkan kesulitan ekonomi dalam usahanya sampai harus menjual rumahnya (Ya, Allah ringankanlah bebannya), sampai Luke Harida yang terkenal alimnya juga kehilangan dompetnya (dicuri) yang berisikan semua surat berharga dan sejumlah uang. Dan masih banyak kabar lain lagi…. Sedih nulisnya T_T

Beginilah Jalan Hidup Kita

Ada suka dan ada duka. Mayoritas kita akan mudah berkumpul jika dalam keadaan kondisi senang, gembira. Bangga bahwa kita akrab, kita solid! Namun, dalam musibah dan kedukaanlah sebenarnya ukhuwah kita dibuktikan. Tingkatan ukhuwah, mulai dari ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami), ta’awun (saling menolong) dan takaful (saling menanggung beban) dapat dengan mudah diukur disini.

Siapa yang tidak mau menghimpun kebaikan? Semua pengin. Bahkan dengan senang hati mengumpulkan orang yang berkompeten dan berprestasi. Kalau bisa yang dikumpulkan dalam organisasi tersebut bisa terus “menyenangkan” dengan semua aksi dan kontribusinya.

Namun, di kala ada masalah, disitulah kuat-tidaknya ukhuwah dan ikatan tadi diuji. Maukah sang pemimpin organisasi dan orang yang tergabung di dalamnya juga menampungnya sebagaimana mereka menampung potensi dan kebaikan sebelumnya, kemudian bersama-sama mencari solusinya. Bersama mencari pemecahan dan meringankan bebannya.

Bersama Kita Bisa, Berpisahpun Juga Bisa

Jika kabar baik saja yang mau kita dengar dari seorang teman, jangan hidup saja! Karena tidak mungkin akan seperti itu. Hidup ada suka, ada duka. Sebisa mungkin semua permasalahan dibagi dan dipecahkan bersama, sebagaimana kesenangan yang juga dibagi. Sedih rasanya ketika saya membaca tulisannya seorang alumni di milis yang saya ikuti yang mempertanyakan kepedulian temen-temen karena bantuan dari alumni yang sangat diharapkan tidak kunjung datang. Rekening yang dibuka seudah sepekan lebih masih NOL. Mungkin bukan karena mereka tidak peduli, tapi betul karena infonya tidak beredar. Infonya hanya ada di milis, menggantungkan pada kebaikan satu dua orang untuk menyebarkannya ke semua alumni. Padahal kita sendiri belum maksimal memobilisasi. Bahkan mungkin juga akibat hanya disimpan oleh orang-orang tertentu. Elitisasi informasi. Jika begini, kebersamaan itu bisa hilang dan menjadi apatisme dalam memandang sebuah komunitas karena tidak ada kepedulian yang nyata. Oh, jangan biarkan ini terjadi! < Hnf (10-04-08).

Leave a comment